Senin, 25 September 2017

BAB 2 LAPORAN KEUANGAN

BAB II
LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan perusahaan bertujuan meringkaskan kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut untuk jangka waktu tertentu. Ada tiga jenis laporan keuangan yang paling sering dilaporkan: neraca keuangan, laporan labarugi, dan laporan aliran kas. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan diharapkan memberi informasi mengenai profitabilitas, risiko, dan timing dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan. Informasi tersebut akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan, dan pada giliran selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.
1.      Laporan Keuangan
Ada tiga jenis laporan keuangan yang sering digunakan yaitu neraca, laporan laba-rugi, dan laporan aliran kas
a.       Neraca
Neraca keuangan perusahaan mencoba meringkaskan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan pada waktu tertentu. Dengan demikian neraca keuangan merupakan ‘snapshot’ gambaran kekayaan perusahaan pada saat tertentu. Karena fokus pada titik tertentu, neraca keuangan biasanya dinyatakan neraca pertanggal tertentu.
Neraca dibagi ke dalam dua bagian: sisi kiri yang menyajikan aset yang dimiliki oleh perusahaan, dan sisi kanan yang menyajikan sumber dana yang dipakai untuk memperoleh aset tersebut. Untuk setiap sisi, neraca disusun atau diurutkan berdasarkan likuiditas aset tersebut. Likuiditas yang dimaksudkan disini adalah kedekatannya dengan kas. Demikian juga dengan sisi kanan (pasiva) neraca. Kewajiban diurutkan dari hutang dagang sampai modal saham. Alternatif penyusunan neraca adalah dengan menempatkan aktiva pada bagian atas, kemudian kewajiban dan modal pada bagian bawah. Neraca di atas menyajikan struktur semacam itu. Kemudian untuk aktiva dan kewajiban/modal, item-item disusun berdasarkan item yang paling likuid, diikuti dengan item yang kurang likuid.
b.      Laporan Laba Rugi
Laporan laba-rugi meringkaskan aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan laba-rugi diharapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. Laporan laba-rugi menyajikan beberapa elemen pokok: (1) Pendapatan Operasional, (2) Beban Operasional, dan (3) Untung atau Rugi.
c.       Laporan Aliran Kas
Laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Laporan kas diperlukan karena dalam beberapa situasi, laporan labarugi tidak cukup akurat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Misal, perusahaan yang sedang tumbuh mempunyai tingkat penjualan yang tinggi (misal penjualan dengan kredit), yang berarti akan mencatat pendapatan/penjualan yang tinggi. Di lain pihak, karena perusahaan masih baru, maka akan mengeluarkan kas yang banyak untuk membangun infrastruktur pemasaran dan produksinya. Laporan laba-rugi akan mencatat laba yang positif, bagaimana dengan aliran kasnya? Karena penjualan dilakukan dengan kredit, maka belum banyak kas yang masuk. Karena aliran kas keluar lebih besar dibandingkan dengan aliran kas masuk, maka aliran kas masuk bersih menjadi kecil atau bahkan negatif.

2.      Analisis Laporan Keuangan
Keuangan Laporan keuangan menyediakan data yang ‘relatif mentah’. Manajer keuangan membutuhkan informasi (data yang diolah). Informasi apa yang dibutuhkan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai akan tergantung dari siapa yang membutuhkan informasi, dan kapan informasi tersebut dibutuhkan. Pada waktu menganalisis laporan keuangan, beberapa hal perlu diperhatikan:
a.                        Manajer keuangan perlu melihat trend atau perkembangan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan lima atau enam tahun ke belakang barangkali bisa digunakan untuk melihat adanya trend-trend tersebut. Jika trend menunjukkan perkembangan yang lebih baik, maka perusahaan berada pada jalur yang tepat, dan sebaliknya.
b.         Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik-tidaknya. Angka pembanding diperlukan untuk melihat apakah angka tertentu itu baik atau tidak baik. Salah satu contoh angka pembanding yang sering digunakan adalah rata-rata industri (rata-rata yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di sektor usaha yang sama).
c.                    Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataan-pernyataan yang melengkapi laporan keuangan seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus dimasukkan ke dalam analisis.
d.                     Manajer keuangan barangkali memerlukan informasi tambahan yang tidak tersedia di laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut bisa membuat analisis menjadi lebih tajam.

3.      Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. Pendekatan EVA yang dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat, Stern Steward Management Services pada pertengahan 1990-an.
Kelebihan konsep EVA adalah bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal.
Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Dengan berbagai keunggulannya, EVA juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena EVA di masa datangnya negatif.


BAB 1 OVERVIEW MANAJEMEN KEUANGAN

BAB I
OVERVIEW MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan bisa didefinisikan sebagai manajemen fungsi - fungsi keuangan perusahaan. Tugas manajer keuangan mengalami transformasi dari fokus mencari pendanaan (financing) menjadi tugas yang lebih kompleks mencakup perencanaan dan alokasi sumberdaya dalam perusahaan.  Secara garis besar, fungsi - fungsi perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu Fungsi Pemasaran, Fungsi Keuangan, Fungsi Produksi, Fungsi Personalia
Manajemen keuangan bisa diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi - fungsi keuangan.
1.      Model Neraca Keuangan untuk Memahami Manajemen
Neraca keuangan suatu perusahaan terdiri dari dua sisi: sisi kiri yang meringkaskan aset yang dimiliki oleh perusahaan, dan sisi kanan yang meringkaskan sumber dana yang dipakai untuk membiayai sisi kiri perusahaan tersebut. Tugas manajer keuangan adalah mengambil keputusan investasi, pendanaan, dan operasional dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham). Sisi kiri (aktiva) bisa dipandang sebagai ringkasan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, sisi kanan neraca merupakan tugas manajer keuangan, dalam hal ini mencari dana yang kemudian diinvestasikan pada sisi kiri neraca.
Nilai perusahaan terdiri dari nilai hutang dan nilai saham tujuan tersebut sering disingkat sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham sering diterjemahkan kedalam kenaikan harga pasar saham.
2.      Menciptakan Nilai: Meningkatkan Aliran Kas Masuk
Nilai bisa ditingkatkan dengan menciptakan aliran kas yang positif, Sebagai contoh, Perusahaan bisa menerbitkan surat berharga dengan biaya yang sedikit dan mendatangkan aliran kas masuk yang positif. Ada tiga dimensi aliran kas yang perlu diperhatikan: besarnya (magnitude), timing, dan risiko. Aliran kas yang besar, diterima lebih awal, dan mempunyai risiko yang rendah, mempunyai nilai yang lebih tinggi.
3.      Maksimimasi Keuntungan Versus Maksimisasi Nilai Saham
Tujuan manajemen keuangan seringkali dinyatakan sebagai maksimisasi keuntungan. Hal tersebut tidak tepat. Pertama, keuntungan yang besar melalui jumlah saham yang beredar yang besar tidaklah sebaik yang kita inginkan. Kedua, keuntungan perlembar saham juga bukan merupakan tujuan yang tepat. Keuntungan perlembar saham tidak memperhatikan nilai waktu uang dan risiko. Disamping itu, seperti ditunjukkan dalam contoh di atas, keuntungan akuntansi lain dengan aliran kas. Aliran kaslah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan.
Maksimisasi keuntungan dengan maksimisasi nilai saham merupakan dua hal yang berbeda. Nilai saham akan ditentukan oleh banyak faktor: keuntungan perusahaan, risiko, dan faktor lain. Harga saham yang terjadi merupakan konsensus yang terjadi di pasar keuangan terhadap prospek dan risiko perusahaan di masa mendatang. Harga tersebut mencerminkan informasi besarnya aliran kas, timing, risiko, dan lainnya yang dianggap relevan oleh investor.
4.      Manajer dan Pasar Keuangan
Manajer keuangan mencari dana dari pasar keuangan dengan menerbitkan sekuritas atau memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Pada dasarnya ada dua jenis sekuritas/instrumen dasar, yaitu: saham dan hutang. Saham merupakan bentuk kepemilikan sedangkan hutang merupakan pinjaman. Sisi kanan neraca keuangan meringkaskan sumber dana yang diperoleh oleh manajer keuangan. Dana tersebut kemudian diinvestasikan oleh manajer keuangan, membeli aset yang bisa menghasilkan kembalian. Sisi kiri neraca keuangan meringkaskan aset yang diperoleh manajer keuangan, dengan menggunakan dana yang diperoleh.
Sebagian dana tersebut dikembalikan ke pasar keuangan melalui medium yang berbeda-beda. Untuk pemegang saham, perusahaan membagikan dividen, sementara untuk pemegang hutang perusahaan membagikan bunga dan mengembalikan pinjaman pokok hutang
Sebagian kembalian (tingkat keuntungan) ditanamkan kembali oleh manajer keuangan ke dalam perusahaan. Kebijakan dividen akan membicarakan seberapa besar keuntungan dibagikan ke pemegang saham.  Dengan demikian manajer keuangan perlu memahami bagaimana kerja pasar keuangan, bagaimana pasar keuangan menilai suatu aset.

5.      Perusahaan sebagai Serangkaian Kontrak
Perusahaan bisa dilihat sebagai satu rangkain kontrak antara pihak - pihak yang berkaitan. Misal, karyawan menandatangani kontrak untuk bekerja di perusahaan. Bank memberi pinjaman berdasarkan kontrak yang tertentu dengan perusahaan. Manajer dikontrak oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan agar perusahaan tersebut menghasilkan aliran kas yang bisa meningkatkan nilai perusahaan, yang dengan demikian meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pemegang saham itu sendiri tidaklah homogen, ada pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas. Keduanya tidak harus mempunyai tujuan yang konsisten satu sama lain, yang berarti mempunyai potensi konflik.
Biasanya ada tiga jenis konflik keagenan yang sering dibicarakan di literatur keuangan, yaitu:
1.      Konflik antara pemegang saham dengan manajer
Manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan, agar perusahaan mencapai tujuan pemegang saham, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan (kemakmuran pemegang saham). Manajer tidak selalu bertindak konsisten dengan tujuan memakmurkan pemegang saham
Donaldson, seorang peneliti di Amerika Serikat, menyebutkan dua motivasi dasar manajer:
    I.    Survival – manajer berusaha menguasai sumberdaya agar perusahaan terhindar dari kebangkrutan
       II.         Independensi atau Kecukupan diri – Manajer ingin mengambil keputusan yang bebas dari tekanan pihak luar, termasuk dari pasar keuangan. Manajer tidak suka mengeluarkan saham, karena akan mengundang campur tangan pihak luar. Sebaliknya manajer akan lebih suka menggunakan dana yang dihasilkan secara internal. Dengan dua motivasi tersebut, manajer cenderung mempunyai tujuan memaksimumkan kemakmuran perusahaan
Pemegang saham bisa melakukan sejumlah tindakan untuk memastikan bahwa manajer akan bertindak konsisten dengan tujuan pemegang saham. Tindakan semacam itu membutuhkan biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (agency cost).
Agency Free Cash Flow adalah variasi lain dari konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Manajer akan berusaha memegang sumberdaya perusahaan agar tetap dalam kendali manajer. Jika perusahaan memperoleh keuntungan atau kas masuk tinggi, maka manajer akan berusaha agar keuntungan/kas masuk tersebut tetap berada di tangan manajer. Meskipun sebenarnya, pemegang saham mungkin akan diuntungkan jika kas tersebut dibagikan (misal dalam bentuk dividen), kemudian pemegang saham dibiarkan menginvestasikan kas tersebut ke alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan. Manajer berusaha menahan kas tersebut dengan berbagai cara, misal tidak membayar dividen, melakukan akuisisi (membeli) perusahaan lain. Dengan akuisisi, sumber daya masih berada di tangan manajer.
2.      Konflik antara Pemegang Saham dengan Pemegang Hutang
Pemegang saham, melalui manajer, bisa mengambil keuntungan atas pemegang hutang. Konflik tersebut bisa terjadi karena pemegang saham dengan pemegang hutang mempunyai struktur penerimaan yang berbeda. Pemegang hutang memperoleh pendapatan yang tetap (yaitu bunga) dan kembalian pinjamannya, sedangkan pemegang saham memperoleh pendapatan diatas kelebihan atas kewajiban yang perlu dibayarkan ke pemegang hutang. Jika nilai perusahaan berada dibawah nilai kewajiban hutang, pemegang hutang berhak atas semua nilai perusahaan. Jika nilai perusahaan naik di atas nilai hutang, pemegang saham berhak atas kelebihan tersebut.
3.      Konflik antara Pemegang Saham Mayoritas dengan Pemegang Saham Minoritas
Pemegang saham tidak bersifat homogen. Karena pemegang saham tersebut berlainan, maka akan ada potensi konflik antar pemegang saham. Sebagai contoh, perusahaan yang sebelumnya dikendalikan oleh pendiri, kemudian menjual sebagian kecil saham ke publik. Dalam situasi tersebut ada dua jenis pemegang saham: mayoritas (pendiri) dan minoritas (publik). Publik dikatakan minoritas karena, meskipun jumlah mereka barangkali banyak, jumlah suara atau saham mereka lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saham pendiri.

  • Konflik-konflik Lainnya masih ada banyak kontrak-kontrak lain di perusahaan, yang berarti ada potensi konflik antar pihak-pihak lain dalam perusahaan. Sebagai contoh, ada potensi konflik antara karyawan dengan manajer, antara satu departemen (misal pemasaran) dengan departemen lain (misal produksi).

BAB 14 ANALISIS INVESTASI LANJUTAN : PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE

BAB 14 ANALISIS INVESTASI LANJUTAN : PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE 1.          METODE ADJUSTED PRESENT VALUE (APV) 1.1      ...