Minggu, 29 Oktober 2017

BAB 7 PENGANGGARAN MODAL: ISU LANJUTAN

BAB 7  
PENGANGGARAN MODAL: ISU LANJUTAN 

       1. Proyek dengan Usia Berbeda
Misalkan ada dua proyek investasi pergantian mesin yaitu  A dan B. Investasi A membutuhkan dana Rp640.000 dan  menghasilkan kas masuk sebesar Rp320.000 pertahun  selama tiga tahun. Proyek B membutuhkan investasi  sebesar Rp840.000 dan menghasilkan kas masuk sebesar  Rp240.000 pertahun selama enam tahun.



Perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa proyek B  memberikan NPV yang lebih tinggi dibandingkan  dengan proyek A. Karena itu proyek B akan dipilih.  Tetapi NPV merupakan fungsi dari usia proyek, semakin  lama usia proyek akan semakin tinggi NPVnya.  Meskipun hal tersebut tidak menjadi masalah jika proyek  tersebut independen, hal tersebut menjadi masalah jika  proyek tersebut saling meniadakan. Untuk memperoleh perbandingan yang lebih valid, kita  perlu menyamakan usia kedua proyek tersebut. Ada dua  cara yang bisa dilakukan.

1.1.      Menyamakan Usia Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B  memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa disamakan  menjadi usia 6 tahun. Proyek A dengan demikian  mengalami dua siklus, sedangkan proyek B mengalami  satu siklus.  Metode menyamakan usia proyek mempunyai kelemahan.  Jika horison waktu suatu proyek cukup panjang, metode  tersebut tidak cukup praktis. Misalkan satu proyek  mempunyai usia 11 tahun, sedangkan yang lainnya 19  tahun. Common factor untuk keduanya adalah 11 × 19 =  209 tahun. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, metode  Equivalent Annual NPV bisa dilakukan.


1.2.      Equivalent Annual NPV (EAN) 
Metode ini merubah NPV yang dihitung menjadi angka  NPV tahunan. Asumsi yang dipakai oleh metode ini  adalah proyek yang ada sekarang akan dilakukan terus  menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah  sebagai berikut ini.  
Eq An NPV  =  NPVn / PVIFA (r,n) ……… (1)             dimana                         
NPVn = Present value proyek PVIFA 
(r,n)= Present value factor annuity        didasarkan  pada  tingkat        keuntungan yang disyaratkan     dan usia proyek.   

1.3.      Pertimbangan Lanjut Analisis investasi untuk dua proyek dengan usia berbeda dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah satu). Jika dua proyek tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis seperti itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah analisis tersebut mengasumsikan kondisi yang sama selama umur proyek tersebut; tingkat inflasi dan teknologi dianggap sama. Jika kita memperkirakan tingkat inflasi atau teknologi berbeda, sehingga menyebabkan aliran kas keduanya berubah, maka kita harus memasukkan efek tersebut ke dalam perkiraan aliran kas.


2. Pengaruh Inflasi 
Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan menggunakan aliran kas nominal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama, maka tingkat inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita tidak perlu melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat inflasi keduanya tidak sama. Jika pasar keuangan efisien, maka pasar (investor) akan memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika kita tidak melakukan hal yang sama terhadap aliran kas, maka akan ada kecenderungan downward bias (bias karena hasil analisis NPV menjadi lebih rendah dari yang seharusnya).

Beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam kaitannya dengan inflasi:
1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah memasukkan inflasi yang diharapkan (investor sudah memasukkan inflasi ke dalam tingkat keuntungan yang diharapkan).
2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian, akan lebih baik jika kita menggunakan tingkat inflasi per-sektor perekonomian.
3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, misal karena perubahan permintaan dan penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas, sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.

3. Analisis Risiko Investasi 
Untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis mengenai analisis NPV, analisis NPV bisa dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam analisis sensitivitas, kita akan menghitung NPV jika parameter-parameter dalam analisis berubah. 
Misalkan saja kita mengidentifikasi tiga variabel yang dianggap relevan sebagai berikut ini. 1. Jumlah kuantitas terjual 2. Harga per-unit (karena, Penjualan = jumlah kuantitas yang diminta × harga per-unit) 3. Biaya tetap 4. Investasi awal.
Kemudian kita mempunyai perkiraan yang berbeda untuk setiap variabel: pesimis, normal, optimis. Dengan melakukan analisis sensitivitas, manajer keuangan bisa memperoleh informasi variabel apa saja yang penting (critical), yang harus diwaspadai oleh manajer keuangan. Kelemahan pendekatan sensitivitas di atas adalah menggunakan pertimbangan subyektif untuk menentukan angka pada kondisi pesimis maupun optimis. Pada satu sisi, pendekatan subyektif barangkali memang sebaiknya digunakan. Di sisi lain, pendekatan subyektif bisa menghasilkan bias-bias tertentu, misal ada kecenderungan merubah variabel sedemikian rupa sehingga NPV yang dihasilkan bisa tetap positif.
Sebagai pelengkap, metode obyektif juga bisa digunakan dalam analisis sensitivitas. Dalam metode ini, kita akan melihat bagaimana efek perubahan variabel jika berubah sebesar angka tertentu, misal 20%, terhadap NPV. Kita bisa mengulangi langkah yang sama dengan merubah angka perubahan menjadi 30%, 10%, 5%, dan melihat efeknya terhadap NPV. Dengan menggunakan angka tetap naik dan turun sebesar 20%, usulan investasi menjadi sensitif terhadap perubahan harga per-unit dan jumlah kuantitas yang terjual.

3.2.1.       Analisis Skenario
Pada analisis skenario, manajer keuangan mengidentifikasi skenario tertentu, kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut. Berbeda dengan analisis sensitivitas, dimana hanya satu variabel berubah, dan mengasumsikan variabel lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel bisa berubah secara bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer keuangan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan baik. Seberapa besar risiko proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas kondisi perekonomian menjadi jelek. Manajer keuangan memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai risiko usulan investasi tersebut, dengan melakukan analisis sensitivitas dan skenario.

3.2.2.       Analisis Simulasi
Simulasi memperhalus analisis sensitivitas lebih lanjut. Dalam analisis simulasi, manajer keuangan merubahrubah variabel yang relevan, kemudian melihat efeknya terhadap NPV. Perubahan dilakukan secara simultan, kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan beberapa kali sehingga akan diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software atau program komputer.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
(1)Menghitung distribusi probabilitas penjualan berdasarkan data historis atau perkiraan lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita bisa menentukan angka random yang berkaitan dengan masing-masing skenario tingkat penjualan.
(2) Memperoleh angka random. Tabel angka random atau program komputer bisa digunakan untuk menghasilkan angka random dengan skala 0 sampai 99. 3.4. Analisis Break-Even (pulang pokok)

3.4.1.   Analisis Break-Even Akuntansi
Analisis break-even bisa digunakan untuk melihat seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat penjualan minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan, analisis break-even bisa digunakan.

3.4.2.   Analisis Break Even Present Value Aliran Kas
Manajemen keuangan mempunyai fokus pada aliran kas, bukannya laba akuntansi. Meskipun terjadi break-even akuntansi, sebenarnya perusahaan masih rugi secara eknomis. Untuk menghapus kelemahan tersebut, manajer keuangan bisa melakukan perhitungan break-even dengan memasukkan present value aliran kas. Untuk menghitung tingkat penjualan dimana NPV = 0, kita bisa menghitung menggunakan formula sebagai berikut, PV Kas Masuk – PV Kas Keluar = 0

Metode alternatif dalam perhitungan break-even dengan present value aliran kas adalah dengan menggunakan equivalent annual cost (EAC). EAC dihitung sebagai berikut ini. EAC = Investasi Awal / PVIFA (r%, T) EAC bisa diinterpretasikan sebagai komponen investasi awal yang harus “dicover” agar investasi bisa ditutup (break-even). Dengan kata lain, EAC merupakan komponen aliran kas.




3.5.      Pohon Keputusan dan Analisis Opsi Salah satu cara untuk menganalisis ketidakpastian adalah dengan menggunakan pohon keputusan. Dengan menggunakan pohon keputusan, manajer keuangan bisa menganalisis keputusan yang dilakukan secara berurutan. Pilihan akan selalu mempunyai nilai. Diagram pohon keputusan bermanfaat untuk menggambarkan situasi dengan pilihan.


Senin, 23 Oktober 2017

BAB 6 ANALISIS PENGANGGARAN MODAL (ANALISIS USULAN INVESTASI)

ANALISIS PENGANGGARAN MODAL (ANALISIS USULAN INVESTASI)
Kegiatan penganggaran modal mencakup dua langkah: (1) bagaimana mengestimasi aliran kas yang dihasilkan dari investasi tersebut, dan (2) bagaimana mengevaluasi aliran kas tersebut sehingga bisa diperoleh kesimpulan apakah usulan investasi tersebut layak dilakukan atau tidak.
Beberapa kriteria penilaian investasi bisa digunakan untuk mengevaluasi aliran kas. Kriteria penilaian investasi mencakup beberapa teknik seperti accounting rate of return, payback period, internal rate of return, net present value, dan profitability index.
6.1  Menaksir Aliran Kas
6.1.1  Beberapa Pertimbangan dalam Menaksir Aliran Kas
Dalam analisis keputusan investasi, ada beberapa langkah yang akan dilakukan:
1)      Menaksir aliran kas dari investasi tersebut
2)      Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang
3)      Mengevaluasi investasi tersebut dengan kriteria investasi seperti Payback period, NPV, dan IRR
4)      Mengambil keputusan, apakah investasi diterima atau tidak.
Langkah pertama dan keempat merupakan langkah yang paling sulit (menurut hemat penulis). Terutama, implikasi aliran kas dari suatu investasi tentu saja sulit diidentifikasi dan dikuantifikasikan. Dalam menaksir aliran kas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan:
1.      Aliran kas versus keuntungan akuntansi
Fokus dari manajemen keuangan dan analisis investasi adalah kas, bukannya keuntungan akuntansi. Keuntungan akuntansi tidak selalu berarti aliran kas. Sebagai contoh, penjualan sebagian barangkali merupakan kredit, sehingga belum ada kas yang masuk. Item biaya tertentu, seperti depresiasi, juga tidak melibatkan kas.
2.      Incremental cash flow
Aliran kas yang akan kita perhitungkan adalah aliran kas yang muncul karena keputusan menjalankan investasi yang sedang dipertimbangkan. Aliran kas yang tidak relevan tidak akan masuk dalam analisis. Aliran kas yang relevan tersebut sering diberi nama sebagai incremental cash flow. Contoh aliran kas yang tidak relevan adalah sunk cost. Sunk cost adalah biaya yang sudah tertanam, dan sudah hilang. Keputusan menerima atau menolak usulan investasi tidak akan dipengaruhi oleh sunk cost. Contoh sunk cost adalah biaya fesibility study (studi kelayakan), biaya riset pemasaran. Biaya tersebut sudah keluar pada waktu analisis investasi dilakukan.
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah item lain yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh, jika suatu usulan investasi dilakukan, dan investasi tersebut akan menggunakan gudang. Gudang tersebut sebenarnya bisa disewakan. Karena digunakan oleh proyek baru tersebut, gudang tersebut tidak bisa disewakan. Dengan demikian sewa yang hilang tersebut harus dimasukkan sebagai elemen biaya. Kanibalisasi produk juga merupakan item yang relevan. Jika produk baru diluncurkan, sebagian pembeli potensial akan meninggalkan produk lama dan beralih ke produk baru. Efek bersih dari produk baru dengan demikian tidak setinggi semula, karena kanibalisasi (yang memangsa produk lama) harus dikurangkan dari perhitungan semula
3.      Fokus pada aliran kas karena keputusan investasi
Dalam analisis investasi, fokus kita adalah pada aliran kas yang dihasilkan melalui keputusan investasi. Aliran kas yang dihasilkan dari keputusan pendanaan harus dihilangkan/dikeluarkan dari analisis. Alasan lainnya adalah, keputusan pendanaan masuk ke dalam perhitungan tingkat discount rate yang dipakai (WACC atau weighted average cost of capital). Jika biaya bunga juga dimasukkan ke dalam perhitungan aliran kas (sebagai pengurang aliran kas masuk), maka terjadi proses double counting, atau perhitungan ganda. Kas masuk dikurangi biaya bunga, sementara kas masuk didiskontokan dengan WACC yang memasukkan keputusan pendanaan. Dengan kata lain, efek keputusan pendanaan hanya akan terlihat di tingkat diskonto (discount rate), bukan pada perhitungan aliran kasnya.
Perlakuan bunga membutuhkan perhatian tersendiri, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Karena itu penyesuaiannya menggunakan (1 – pajak) × bunga. Perhitungan aliran kas yang mengeluarkan efek bunga (pendanaan) adalah:
Aliran kas = Laba bersih + depresiasi + ((1 – tingkat pajak) × bunga)
Keputusan pendanaan tidak dimasukkan ke perhitungan aliran kas dalam analisis investasi dalam perhitungan aliran kas dalam analisis investasi.
6.1.2  Jenis-jenis Aliran Kas berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, aliran kas bisa digolongkan ke dalam tiga jenis:
1.      Aliran kas awal (initial cash flow)
Aliran Kas Awal (initial cash flow) Aliran kas awal terjadi pada awal kegiatan investasi. Biasanya diasumsikan terjadi pada tahun ke 0 (sebelum investasi dilakukan). Aliran kas tersebut biasanya merupakan aliran kas keluar (cash outflow), dipakai untuk investasi pada aktiva tetap (pabrik dan aktiva tetap lainnya) dan investasi pada modal kerja.
2.      Aliran kas operasional (operational cash flow)
Jika aktiva tetap (misal pabrik) sudah berdiri, investasi mulai menghasilkan aliran kas masuk dari, misal, penjualan. Aliran kas operasional biasanya merupakan aliran kas masuk, yang diperoleh setelah perusahaan beroperasi. Biaya yang dikeluarkan, misal biaya promosi dan biaya operasional lainnya, jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan kas masuk. Investasi modal kerja bisa juga dilakukan pada tahun-tahun ini. Pada tahuntahun tertentu, ada kemungkinan perusahaan melakukan perbaikan signifikan pada aktiva tetapnya, misal overhaul atau pergantian mesin. Dalam situasi semacam ini, ada kemungkinan kas keluar lebih besar dibandingkan dengan kas masuk.
3.      Aliran kas terminal (terminal cash flow)
Aliran kas terminal terjadi pada akhir proyek investasi. Biasanya ada dua item yang terjadi pada akhir proyek: (1) Penjualan nilai residu aktiva tetap, dan (2) modal kerja kembali. Pada akhir proyek, ada kemungkinan aktiva tetap masih mempunyai nilai pasar. Sisa tersebut kemudian bisa dijual dan menghasilkan kas masuk pada akhir proyek. Investasi modal kerja biasanya diasumsikan kembali lagi pada akhir proyek pada tingkat 100%. Investasi modal kerja tidak didepresiasi setiap tahun. Dalam situasi yang lebih realistis, investasi modal kerja mungkin tidak kembali 100% pada akhir proyek.
6.2  Kriteria Penilaian Investasi
Ada beberapa kriteria yang bisa dipakai untuk mengevaluasi rencana investasi.
1.      Payback Period
2.      Discounted Payback Period
3.      Accounting Rate of Return
4.      Net Present Value
5.      Internal Rate of Return
6.      Profitability Index.
1.  Payback Period
            Payback period ingin melihat seberapa lama investasi bisa kembali. Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi, semakin baik suatu investasi. Kelemahan dari metode payback period adalah: (1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang, dan (2) Tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback. Seperti yang dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu uang, nilai waktu uang harus kita perhatikan.
2.  Discounted Payback Period
            Aliran kas dipresent-valuekan sebelum dihitung payback periodnya. Metode discounted payback period tidak bisa menghilangkan kelemahan yang kedua, yaitu tidak memperhitungkan aliran kas diluar payback period. Model tersebut tetap tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback (kelemahan payback periode belum sepenuhnya diatasi).
3.  Accounting Rate of Return (AAR)
            Metode ARR menggunakan keuntungan sesudah pajak, dibagi dengan rata-rata nilai buku investasi selama usia investasi. AAR mempunyai kelemahan yang mencolok, yang sama dengan payback period. Pertama, AAR menggunakan ‘input’ yang salah, yaitu laba akuntansi, bukannya aliran kas. Input yang salah akan menghasilkan output yang salah juga (garbage in garbage out). Kedua, AAR tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Kemudian besarnya cut-off rate juga tidak mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.
4.  Net Present Value
            Net present value adalah present value aliran kas masuk dikurangi dengan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
          NPV > 0 usulan investasi diterima
          NPV < 0 usulan investasi ditolak
5.  Internal Rate of Return (IRR)
            IRR adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value aliran kas masuk dengan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi:
          IRR > tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi diterima
          IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi ditolak
6.  Profitability Index
            Profitability Index (PI) adalah present value aliran kas masuk dibagi dengan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
          PI > 1                 usulan investasi diterima usulan
          PI < 1                 usulan investasi ditolak
            PI mempunyai manfaat lain, yaitu dalam situasi keterbatasan modal (capital rationing). Dalam situasi tersebut, PI digunakan untuk meranking usulan investasi.

Senin, 16 Oktober 2017

BAB 5 PENILAIAN SURAT BERHARGA

BAB 5 

PENILAIAN SURAT BERHARGA

  • Pengertian Surat Berharga
Surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derifatifnya atau suatu kewajiban dari penerbit yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang .
  • Macam – macam Surat Berharga :
Saham, Obligasi, SUN, wesel, surat sekuritas, dan lain – lain.
  • Penilaian Saham
  1. Nilai Buku : Nilai saham yang didasarkan pembukuan peusahaan emiten
  2. Nilai Pasar : Harga dari saham di pasar pada saat tertentu yang ditentukan pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham dipasar bursa.
  3. Nilai intrinsik : Nilai seharusnya dari suatu saham.
  • Keuntungan Investasi Saham
  1. Deviden
  2. Capital Gain
  3. Kemungkinan dapat saham Bonus
  • Kerugian Investasi Saham
  1. Tidak mendapat deviden
  2. Capital Loss
  3. Perusahaan Bnagkrut dan Diliquidasi
  4. Saham di Delist dari bursa
  • Penilaian Obligasi
  1. Jumlah dan waktu dari arus kas yang akan diterima investor
  2. Tanggal jatuh tempo obligasi
  3. Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
  • Keuntungan Investasi Obligasi
  1. Dividen (cenderung tetap)
  2. Capital Gain
  • Kerugian Investasi Obligasi
  1. Capital Loss
  2. Cut Loss
  3. Perusahaan tidak mampu membayar hutang1.    
     
    Jenis saham : 1. Saham biasa (common stock)
                             2. Saham preferen
    Karakteristik Saham Preferen:
    a.     Hak preferen terhadap deviden: hak menerima deviden terlebih dahulu dibanding pemegang saham biasa. Saham preferen kadangkala memberikan hak kumulatip, yaitu memberikan hak pada pemegangnya untuk menerima deviden tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima devidennya.
    b.         Hak preferen pada waktu likuidasi: hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
    Hak Pemegang saham Biasa:
    a.      Hak kontrol: hak untuk memilih dewan direksi, sehingga dapat mengontrol kebijakan direksi.
    b.      Hak penerima pembagian keuntungan: karena sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatakan bagian keuntungan perusahaan.
    c.       Hak preemtive: hak untuk mendapatkan prosentase kepemilikan yang sama, jika perusahaan mengeluarkan tambahan saham baru. Hak ini bertujuan : 1) melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama, 2) melindungi pemegang saham lama dari nilai yang merosot.

    Nilai Saham
    Ada beberapa nilai yang berhubungan dengan saham:
    1. Nilai buku (book value): nilai saham yang didasrkan pembukuan perusahaan emiten.
    2.  Nilai Pasar : Harga dari saham di pasar pada saat tertentu yang ditentukan pelaku pasar. Nialai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.
    3.   Nilai Intrinsik : Nilai seharusnya dari suatu saham.
    Ada dua analisis yang digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya saham:
         1. Fundamental security analysis atau company analysis: analisis harga saham yang mendasarkan pada data yang berasal dari keuangan perusahaan ( misal laba, dividen, penjualan)
         2. Technical analysis : analisis harga saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misal harga saham, volume transaksi)

2.      PENILAIAN OBLIGASI
                Obligasi adalah sekuritas yang menunjukan utang perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Obligasi termasuk utang jangka jangka panjang yaitu utang yang jangka waktu penembaliannya lebih dari satu tahun. Obligasi punya nilai nominal/ pari yaitu nilai yang tertera pada kertas obligasi tersebut sampai jatuh tempo, yaitu tanggal ditetapkan yang pada tanggal tesebut, nilai pari obligasi harus dilunasi.
Pendekatan nilai untuk penilaian sekuritas jangka panjang adalah dengan menghitung nilai intrinsic suatu surat berharga yaitu dengan menggunakan nilai sekarang dari aliran-aliran kas masa yang akan datang.
Penilaian obligasi meliputi perhitungan nilai sekarang (kapitalisasi) aliran kas yang dijanjikan oleh obligasiyang bersangkutan. Penilaian jenis-jenis obligasi :
• Perpeptual Bond
• Non Zero Coupon Bond
• Zero Coupon Bond
• Bunga tiap 6 bulan
VB=
Dimana :
VB        : nilai obligasi
I           : pembayaran bunga obligasi
K          : suku bungan yang berlaku
M         : nilai nominal obligasi
N          : usia obligasi yang tersisa

3.      PENILAIAN SEKURITAS BERKARAKTERISTIK OPSI
               Salah satu jenis sekuritas yang berkarakteristik opsi adalah warrant. Warrant adalah opsi untuk membeli sejumlah saham biasa dengan harga tertentu. Pada saat pemilik warrant melaksanakan opsi tersebut, mereka menyerahkan warrant tersebut ke perusahaan. Kalau suatu obligasi disertai dengan warrant, maka investor tidak hanya memperoleh bunga tetap dari pembelian obligasi, tetapi mereka juga memperoleh opsi untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu. Kalau harga saham (diperkirakan) naik, maka opsi ini akan berharga. Sebagai akibatnya perusahaan mungkin bisa menjual obligasi dengan tingkat bunga yang lebih rendah.
            Pada waktu penerbitan warrant, biasanya harga exercise (yaitu harga dimana investor bisa melakukan pembelian saham dengan menunjukkan warrant ditentukan diatas harga saham saat tersebut. Misalkan harga saham pada waktu penerbitan warrant adalah sebesar Rp. 7.000,- maka warrant mungkin ditetapkan dengan harga Rp.8.000,-. Selisihnya disebut sebgai premium. Warrant harus menjelaskan kapan opsi tersebut bisa dilaksanakan (misal 3 tahun lagi sejak saat penerbitan).
Sewaktu warrant dimanfaatkan oleh para pemodal, perusahaan akan memperoleh tambahan dana. Hal tersebut bisa dilihat dari contoh berikut ini.
Misalkan perusahaan menerbitkan obligasi sebesar Rp.10.000 juta,-, dengan bunga 14% per tahun (tingkat bunga yang umum berlaku mungkin diatas 14%, tetapi karena obligasi tersebut disertai warrant, pemodal bersedia menerima tingkat bunga tersebut). Jumlah lembar obligasi yang diterbitkan misalnya 100.000 lembar. Pemodal menerima warrant dari pembelian obligasi tersebut (misal satu obligasi berhak membeli sepuluh saham biasa) yang memungkinkan mereka membeli saham biasa dengan harga misalnya, Rp.8.000,- (misal nilai nominal saham Rp.1.000). Keadaan sebelum penerbitan obligasi, setelah penerbitan obligasi, dan setelah warrant dilaksanakan, disajikan berikut ini :
Obligasi - Rp.10.000 Rp.10.000
Saham biasa
(nominal Rp.1.000) Rp.10.000 Rp.10.000 Rp.11.000
Agio - - Rp. 7.000
Laba yang ditahan Rp.40.000 Rp.40.000 Rp.40.000
Modal Sendiri Rp.50.000 Rp.50.000 Rp.58.000
Total Kapitalisasi Rp.50.000 Rp.60.000 Rp.68.000

4.      TEORI PENENTUAN HARGA OPSI
1.      Call, Put Option dan Saham
Option ( opsi ) merupakan hak yang diberikan oleh pemberi pinjaman dalam memilih sumber pendanaan bagi perusahaan. Opsi sering sering disebut sebagai financial derivaties, yang menunjukkan bahwa instrumen keuangan yang disebut opsi merupakan instrumen keuangan yang muncul karena telah  ada instrumen keuangan lain. Karakteristik opsi dapat diidentifikasikan pada berbagai keputusan keuangan yang menimbulkan pilihan bagi pemodal.
Opsi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bentuk :
ü  Opsi Call
      Menunjukkan hak untuk membeli saham dengan harga tertentu ( exercise price ) pada waktu tertentu ( atau sebelumnya )
ü  Opsi Put
      Merupakan hak untuk menjual suatu saham dengan harga tertentu pada waktu tertentu ( sebelumnya )
2.      Kombinasi Call, Put, dan Saham
Pemodal dalam hal ini bisa melakukan diversifikasi dengan membeli call, put , dan saham secara serempak dengan harapan akan dapat memperoleh keuntungan. Misalkan, apabila pemodaal membeli put dan saham, maka nilai investasinya, apapun yang terjadi dengan harga saham tersebut akan sama dengan nilai call ditambah dengan Present Value ( PV ) exercise price.
3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Opsi
Harga opsi akan sangat dipngaruhi olef faktor-faktor yang antara lain seperti tersebut di bawah ini :
a.      Harga saham
b.      Harga exercise
c.       Tingkat bunga
d.      Jangka waktu dan jatuh tempo
e.      Volatility harga saham
Pengaruh daripada faktor-faktor diatas dapatlah dijelaskan sebagai berikut ini :      “ Apabila faktor (1), (3), (³), (5) meningkat maka nilai opsi call akan meningkat, sedangkan apabila faktor (2) meningkat maka nilai opsi call akan menurun “.

4.      Model Penentuan Harga Opsi
            Harga opsi akan sangat dipengaruhi oleh naik dan turunnya harga saham yang ada di pasar bursa. Hal ini berarti bahwa apabila harga saham mengalami kenaikan maka akan secara otomatis akan menaikkan harga opsi dan menurunkan resiko opsi tersebut. Sebaliknya apabila harga saham mengalami penurunan, maka harga opsi akan turun dan meningkatkan resiko opsi tersebut.
Fenomena diatas bisa dilihat dari seberapa jauh resiko opsi lebih besar akan tergantung pada harga saham relatif terhadap harga exercise. Artinya suatu opsi yang  “ in the money “ ( harga saham lebih besar dari harga exercise ) lebih aman daripada opsi yang “ out the money “ harga saham lebih kecil dari harga exercise ).
Untuk menaksir harga opsi, ada beberapa model yang bisa digunakan, antara lain :
a.      Binomial Option Pricing Model ( BOPM )
Dinamakan model binomial, karena dari suatu harga saham saat ini, harga saham tersebut diharapkan akan dapat berubah menjadi dua harga saham pada periode berikutnya dengan peluang yang sama.
b.      Rumus Black and Scholes
Rumus Black and Scholes ini pada dasarnya merupakan penyederhanaan daripada model Binomial diatas.

BAB 14 ANALISIS INVESTASI LANJUTAN : PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE

BAB 14 ANALISIS INVESTASI LANJUTAN : PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE 1.          METODE ADJUSTED PRESENT VALUE (APV) 1.1      ...