Minggu, 29 Oktober 2017

BAB 7 PENGANGGARAN MODAL: ISU LANJUTAN

BAB 7  
PENGANGGARAN MODAL: ISU LANJUTAN 

       1. Proyek dengan Usia Berbeda
Misalkan ada dua proyek investasi pergantian mesin yaitu  A dan B. Investasi A membutuhkan dana Rp640.000 dan  menghasilkan kas masuk sebesar Rp320.000 pertahun  selama tiga tahun. Proyek B membutuhkan investasi  sebesar Rp840.000 dan menghasilkan kas masuk sebesar  Rp240.000 pertahun selama enam tahun.



Perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa proyek B  memberikan NPV yang lebih tinggi dibandingkan  dengan proyek A. Karena itu proyek B akan dipilih.  Tetapi NPV merupakan fungsi dari usia proyek, semakin  lama usia proyek akan semakin tinggi NPVnya.  Meskipun hal tersebut tidak menjadi masalah jika proyek  tersebut independen, hal tersebut menjadi masalah jika  proyek tersebut saling meniadakan. Untuk memperoleh perbandingan yang lebih valid, kita  perlu menyamakan usia kedua proyek tersebut. Ada dua  cara yang bisa dilakukan.

1.1.      Menyamakan Usia Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B  memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa disamakan  menjadi usia 6 tahun. Proyek A dengan demikian  mengalami dua siklus, sedangkan proyek B mengalami  satu siklus.  Metode menyamakan usia proyek mempunyai kelemahan.  Jika horison waktu suatu proyek cukup panjang, metode  tersebut tidak cukup praktis. Misalkan satu proyek  mempunyai usia 11 tahun, sedangkan yang lainnya 19  tahun. Common factor untuk keduanya adalah 11 × 19 =  209 tahun. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, metode  Equivalent Annual NPV bisa dilakukan.


1.2.      Equivalent Annual NPV (EAN) 
Metode ini merubah NPV yang dihitung menjadi angka  NPV tahunan. Asumsi yang dipakai oleh metode ini  adalah proyek yang ada sekarang akan dilakukan terus  menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah  sebagai berikut ini.  
Eq An NPV  =  NPVn / PVIFA (r,n) ……… (1)             dimana                         
NPVn = Present value proyek PVIFA 
(r,n)= Present value factor annuity        didasarkan  pada  tingkat        keuntungan yang disyaratkan     dan usia proyek.   

1.3.      Pertimbangan Lanjut Analisis investasi untuk dua proyek dengan usia berbeda dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah satu). Jika dua proyek tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis seperti itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah analisis tersebut mengasumsikan kondisi yang sama selama umur proyek tersebut; tingkat inflasi dan teknologi dianggap sama. Jika kita memperkirakan tingkat inflasi atau teknologi berbeda, sehingga menyebabkan aliran kas keduanya berubah, maka kita harus memasukkan efek tersebut ke dalam perkiraan aliran kas.


2. Pengaruh Inflasi 
Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan menggunakan aliran kas nominal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama, maka tingkat inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita tidak perlu melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat inflasi keduanya tidak sama. Jika pasar keuangan efisien, maka pasar (investor) akan memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika kita tidak melakukan hal yang sama terhadap aliran kas, maka akan ada kecenderungan downward bias (bias karena hasil analisis NPV menjadi lebih rendah dari yang seharusnya).

Beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam kaitannya dengan inflasi:
1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah memasukkan inflasi yang diharapkan (investor sudah memasukkan inflasi ke dalam tingkat keuntungan yang diharapkan).
2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian, akan lebih baik jika kita menggunakan tingkat inflasi per-sektor perekonomian.
3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, misal karena perubahan permintaan dan penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas, sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.

3. Analisis Risiko Investasi 
Untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis mengenai analisis NPV, analisis NPV bisa dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam analisis sensitivitas, kita akan menghitung NPV jika parameter-parameter dalam analisis berubah. 
Misalkan saja kita mengidentifikasi tiga variabel yang dianggap relevan sebagai berikut ini. 1. Jumlah kuantitas terjual 2. Harga per-unit (karena, Penjualan = jumlah kuantitas yang diminta × harga per-unit) 3. Biaya tetap 4. Investasi awal.
Kemudian kita mempunyai perkiraan yang berbeda untuk setiap variabel: pesimis, normal, optimis. Dengan melakukan analisis sensitivitas, manajer keuangan bisa memperoleh informasi variabel apa saja yang penting (critical), yang harus diwaspadai oleh manajer keuangan. Kelemahan pendekatan sensitivitas di atas adalah menggunakan pertimbangan subyektif untuk menentukan angka pada kondisi pesimis maupun optimis. Pada satu sisi, pendekatan subyektif barangkali memang sebaiknya digunakan. Di sisi lain, pendekatan subyektif bisa menghasilkan bias-bias tertentu, misal ada kecenderungan merubah variabel sedemikian rupa sehingga NPV yang dihasilkan bisa tetap positif.
Sebagai pelengkap, metode obyektif juga bisa digunakan dalam analisis sensitivitas. Dalam metode ini, kita akan melihat bagaimana efek perubahan variabel jika berubah sebesar angka tertentu, misal 20%, terhadap NPV. Kita bisa mengulangi langkah yang sama dengan merubah angka perubahan menjadi 30%, 10%, 5%, dan melihat efeknya terhadap NPV. Dengan menggunakan angka tetap naik dan turun sebesar 20%, usulan investasi menjadi sensitif terhadap perubahan harga per-unit dan jumlah kuantitas yang terjual.

3.2.1.       Analisis Skenario
Pada analisis skenario, manajer keuangan mengidentifikasi skenario tertentu, kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut. Berbeda dengan analisis sensitivitas, dimana hanya satu variabel berubah, dan mengasumsikan variabel lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel bisa berubah secara bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer keuangan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan baik. Seberapa besar risiko proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas kondisi perekonomian menjadi jelek. Manajer keuangan memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai risiko usulan investasi tersebut, dengan melakukan analisis sensitivitas dan skenario.

3.2.2.       Analisis Simulasi
Simulasi memperhalus analisis sensitivitas lebih lanjut. Dalam analisis simulasi, manajer keuangan merubahrubah variabel yang relevan, kemudian melihat efeknya terhadap NPV. Perubahan dilakukan secara simultan, kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan beberapa kali sehingga akan diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software atau program komputer.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
(1)Menghitung distribusi probabilitas penjualan berdasarkan data historis atau perkiraan lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita bisa menentukan angka random yang berkaitan dengan masing-masing skenario tingkat penjualan.
(2) Memperoleh angka random. Tabel angka random atau program komputer bisa digunakan untuk menghasilkan angka random dengan skala 0 sampai 99. 3.4. Analisis Break-Even (pulang pokok)

3.4.1.   Analisis Break-Even Akuntansi
Analisis break-even bisa digunakan untuk melihat seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat penjualan minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan, analisis break-even bisa digunakan.

3.4.2.   Analisis Break Even Present Value Aliran Kas
Manajemen keuangan mempunyai fokus pada aliran kas, bukannya laba akuntansi. Meskipun terjadi break-even akuntansi, sebenarnya perusahaan masih rugi secara eknomis. Untuk menghapus kelemahan tersebut, manajer keuangan bisa melakukan perhitungan break-even dengan memasukkan present value aliran kas. Untuk menghitung tingkat penjualan dimana NPV = 0, kita bisa menghitung menggunakan formula sebagai berikut, PV Kas Masuk – PV Kas Keluar = 0

Metode alternatif dalam perhitungan break-even dengan present value aliran kas adalah dengan menggunakan equivalent annual cost (EAC). EAC dihitung sebagai berikut ini. EAC = Investasi Awal / PVIFA (r%, T) EAC bisa diinterpretasikan sebagai komponen investasi awal yang harus “dicover” agar investasi bisa ditutup (break-even). Dengan kata lain, EAC merupakan komponen aliran kas.




3.5.      Pohon Keputusan dan Analisis Opsi Salah satu cara untuk menganalisis ketidakpastian adalah dengan menggunakan pohon keputusan. Dengan menggunakan pohon keputusan, manajer keuangan bisa menganalisis keputusan yang dilakukan secara berurutan. Pilihan akan selalu mempunyai nilai. Diagram pohon keputusan bermanfaat untuk menggambarkan situasi dengan pilihan.


1 komentar:

BAB 14 ANALISIS INVESTASI LANJUTAN : PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE

BAB 14 ANALISIS INVESTASI LANJUTAN : PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE 1.          METODE ADJUSTED PRESENT VALUE (APV) 1.1      ...